Indonesia
adalah negara yang memiliki berbagai macam adat istiadat yang
membahana, diantara adat yang indonesia miliki adalah rasa humor yang
tinggi. ada lawak betawi, ketoprakan. lawak ala jawa timura, lawak
madura, dan masih banyak lagi. Sudah tak terhitung berapa banyak grup
lawak indonesia yang sudah berprestasi (berprestasi dalam menghibur
banyak orang). Tapi dari semua grup lawak di indonesia baik yang masih eksis maupun yang tidak eksis.
namun
demikian, inilah dari sederetan grup lawak nasional yang mempunyai
nilai popularitas yang tinggi di kancah hiburan tanah air, siapakah
mereka?? mari kita simak cuplikan di bawah ini.
1. Warkop DKI
Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Dalam
acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James
dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai
Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang
asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong
(Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang
asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono
sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).
Dari
semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini
agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono
bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya
jurusan Sosiologi. Dono
juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan
rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka
juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya
Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
grup lawak yang dulunya beranggota enam orang. Tapi
belakangan ternyata hanya 3 orang yang lebih aktif dalam dunia film,
sehingga kemudian nama warkop menjadi lebih populer dengan nama Trio Warkop yang terdiri dari Dono, Kasino, dan Indro (dengan nanu dan Mat Solar
hanya bermain di beberapa episode). Lawak-lawak yang mereka bawakan di
televisi biasanya bercerita tantang lika-liku perjalanan mahasiswa dalam
hidup bersama dalam keakraban di ibukota. Dan hingga kini, warkop
tatplah selalu dikenal oleh masyarakat luas sebagai legendanya lawak
Indonesia.
Srimulat adalah
kelompok lawak Indonesia yang didirikan oleh Teguh Slamet
Rahardjo di Solo pada tahun 1950. Nama "Srimulat" sendiri diambil dari
nama istri Teguh sendiri pada saat itu. Dalam perkembangannya kelompok
Srimulat kemudian mendirikan cabang-cabang seperti diSurabaya, Semarang,
dan Jakarta.
Srimulat
termasuk grup lawak yang cukup lama bertahan meski di tengah perjalanan
karier terjadi banyak menghadapi persoalan dan bongkar pasang pemain
dan hal inilah yang membuat mereka semakin matang. Jika sebelumnya hanya berpentas di gedung-gedung pertunjukan, setelah munculnya televisi swasta,
masing-masing anggotanya mendadak menjadi selebritis. Grup ini bisa
dikatakan merupakan satu-satunya grup lawak Indonesia yang memiliki
anggota paling banyak.
Grup
ini pertama-tama didirikan oleh R.A. Srimulat dan Teguh Raharjo dengan
nama Gema Malam Srimulat . Pada awalnya Gema Malam Srimulat adalah
kelompok seni keliling yang melakukan pentas dari satu kota ke kota lain
dari Jawa Timur sampai Jawa Tengah. Rombongan seni suara dan tari ini
memmulai lawakan pertama mereka pada 30 Agustus 1951 dengan menampilkan
tokoh-tokoh dagelan Mataram seperti Wadino (Bandempo), Ranudikromo,
Sarpin, Djuki, dan Suparni.
Perpaduan
antara pertunjukan musik dan lawak kemudian menjadi suatu formula khas
bagi Gema Malam Srimulat. Kehadiran dagelan Mataram dengan gaya
lawakannya menjadi resep ampuh untuk menarik
penggemar. Lawak dan nyanyi menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
lagi. Dengan kekuatan itulah Gema Malam Srimulat kemudian berpentas
dari satu pasar malam ke pasar malam lainnya, di pelbagai kota di Jawa.
Dari satu kerumunan ke kerumunan massa lainnya.
Era
tahun 1960, ketika Srimulat mulai terganggu kesehatan finansialnya,
Teguh yang menemukan penyanyi cilik Yana - yang menggantikan peran
Srimulat sebagai bintang panggung Gema Malam Srimulat - menelurkan
gagasan untuk tampil di panggung secara menetap.
Maka
pada Jumat 19 Mei 1961, grup ini menancapkan kakinya pertama kali di
Surabaya, tepatnya di THR Surabaya. Nama Gema Malam Srimulat pun lalu
diubah lebih “komersial” menjadi Srimulat Review. Dimulailah perjalanan
sebuah komunitas kelompok musik-komedi yang mungkin secara tidak sengaja
dan berproses menjadi sebuah fenomena dan menjadi sebuah subkultur baru.
Tokoh-tokoh
yang pernah dan masih menjadi anggota Srimulat antara lain
adalah: Abimanyu Srimulat, Asmuni, Bambang
Gentolet, Bandempo, Basuki, Bendot, Betet, Blontang, Darsono, Didik
Mangkuprojo, Djudjuk Djuariah, Djuki, Eko Londo / Eko Handai-Taulan, Eko
Srimulat, George Sapulete, Gepeng, Gogon, Kadir, Karjo
AC-DC, Kisbandiyah, Leysus, Mamiek Prakoso, Miarsih, Misye Arsita, Nunuk
MurdonoNunung, Nurbuat, Paimo, Paul, Pete, Polo, Ranudikromo, Rohana, Sarpin,Sigit, Subur, Suroto
Suroboyo, Susi Sunaryo, Sofiah, Tarzan, Teguh Srimulat, Tessy, Timbul
Suhardi, Topan, Triman, Tukul, Samekta Hadi, Vera, Suparni.
Grup lawak ini hampir sama dengan Teamlo, yaitu selalu membawakan lawakanya dalam bentuk musk humor. Tapi
berbeda dengan teamlo yang selalu membawakan lagu humor plesetan, PMR
justru lebih mengacu pada lagu yang berlirik lucu dan jenaka. Grup lawak
yang juga grup orkes ini beranggotakan Mereka terdiri dari Jhonny
Iskandar (vokalis), Boedi Padukone (gitar), Yuri Mahippal (mandolin +
cuk), Imma Maranaan (bass), Ajie Cetti Bahadur Syah (perkusi), Harri
"Muke Kapur" (mini drum) ini disebut-sebut sebagai pelopor genre musik
humor indonesia disamping PSP (Pancaran Sinar Patromak).
Doyok yang bernama asli Sudarmadji (lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, 17 Agustus 1954; umur 57 tahun) adalah pemeran dan pelawak Indonesia. DOYOK adalah nama sebuah tokoh kartun nyeleneh sebuah koran
harian pos-kota Lembergar (lembaran bergambar) asal Indonesia yang
terbit setiap hari. Tokoh doyok ini memiliki ciri gigi tonggos dan
memakai blangkon dan pakaian adat jawa. Dia enerjik, lucu, kritis, dan
nyeleneh serta kadang memiliki sindiran dan cukup mengena. Nah kemudian
tokoh Doyok kartun ini menjadi sebuah inspirasi bagi grup lawak Doyok's
Group yg terdiri dari Almarhum Mawi (senior) dan Sudarmadji sebagai
Doyoknya.
sedangkan Kadir (lahir di Lumajang, Jawa Timur, 3 September 1951; umur 60 tahun) adalah pemeran dan pelawak Indonesia. Pelawak yang acapkali dalam lawakannnya menggunakan logat Madura ini mengawali karier melawaknya dengan bergabung dengan grup lawak Srimulat. Kemudian, Ia sangat dikenal luas masyarakat melawak bersama Doyok. Bersama Doyok, Ia membintangi beberapa judul film layar lebar nasional. Setelah film nasional meredup, Ia beralih ke dunia sinetron.
Doyok
dikenal luas bersama Kadir dalam setiap tampil melawak. Mereka berdua
pernah membintangi beberapa judul film layar lebar, setelah era film
nasional mengalami era suram, Doyok beralih ke sinetron. Ia juga pernah
bermain dalam acara kesenian Ketoprak di stasiun televisi swasta.
Meski han ya beranggotakan 2 orang, tapi
jujur saja, grup lawak ini bisa membawakan warna khas dalam melawak.
Kekompakan keduanya dalam beradu kata disertai dengan gaya madura si
Kadir serta gaya sok keren milik doyok menjadikan grup lawak ini
menjadio salah satu grup lawak paling populer di jamanya. di dalam
filmnya, mereka banyak menyajikan humor-humor yang berhubungan dengan
realita kehidupan masyarakat saat itu.
Almarhum
S. Bagio yang dilahirkan di Purwokerto pada tahun 1933 adalah pejuang
komedi, dia tidak pernah menyerah berkecimpung di dunianya walaupun
berganti-ganti kelompok. Sebelum membentuk kelompok yang paten, ia
pernah bergabung dengan masing-masing Ateng dan Iskak, Eddy Sud dan juga
Bing Slamet. Namun Bagio paling terkenal ketika ia bergabung dengan
Darto Helm, Diran dan R. Saleh Apandi (Sol Saleh) saat membentuk Bagio
Cs dan mendapat tempat di hati publik sekitar tahun 70an hingga 80an.
Keunikan Bagio sebelum menetap dengan ketiga kawan lain memang karena
dia adalah pelawak freelance.
Di satu saat ia bisa bergabung dengan Jayakarta, di saat lain bermain
di film Ateng dan Iskak, kemudian beralih bergabung dengan Eddy Sud dan
seterusnya. Hingga akhir hayatnya, Bagio telah membintangi lebih dari 30
judul film.
Dalam
kelompok tetapnya, Bagio mendapat peran sebagai tokoh yang latah dan
sok tahu, Sol Saleh sebagai pengumpan yang netral, Darto Helm sebagai
pribadi yang grusa-grusu dan Diran sebagai sosok yang pintar-pintar
bodoh. Layak disebut juga Sudarto alias Darto Helm, yang juga
multitalenta. Tahukah anda jika dialah pencipta lagu Mandi Madu yang
dipopulerkan Elvy Sukaesih dan Judi yang tentu dipopulerkan oleh H.
Rhoma Irama? Pria ini dilahirkan di kota yang sama dengan Bagio, yaitu
Purwokerto.
Keempat
personil grup ini telah meninggal dunia, Bagio wafat tahun 1993, Diran
wafat tahun 1996, Sol Saleh pada tahun 2002 dan terakhir Darto Helm pada
tahun 2004.
Daftar ini dimulai dari Bagito yang sangat jaya di era 90an. Bagito – konon adalah singkatan Bagi Roto (Bagi
Rata) – digawangi oleh kakak beradik Miing (Dedi Gumelar) dan Didin
(Didin Pinasti) serta kawan mereka Unang. Kepopuleran mereka dimulai
dari beberapa kali acara panggung dan siaran rutin BasoSK (Bagito Show
Senyum & Ketawa) di radio humor Suara Kejayaan (yang juga
membesarkan nama Patrio, Ulfa Dwiyanti, Alm.Taufik Savalas dan Komeng).
Nama Bagito menjadi semakin melejit ketika stasiun TV RCTI menayangkan
acara komedi setengah jam Bagito Show. RCTI pulalah yang menjadikan
mereka grup lawak paling mahal seindonesia melalui perpanjangan kontrak
dengan bayaran konon mencapai 1 milyar rupiah, harga ini bisa dimaklumi
karena acara Bagito Show memperoleh rating cukup tinggi dan bertahan
cukup lama di layar kaca.
Bagito bisa dibilang sebagai suksesor Warkop DKI di ranah komedi, Miing yang menjadi founderBagito
pernah tergabung sebagai tim kreatif Warkop, baik itu sebagai figuran
di acara radio, rekaman kaset ataupun film-film Warkop DKI. Pembagian
peran dalam Bagito Group biasanyastereotype,
Miing sebagai orang kampung yang ngotot, Didin sebagai anak orang kaya
yang bertugas menjadi pemberi umpan lawakan dan Unang yang multitalenta
sebagai tokoh kekanak-kanakan.
Sayang
kelangsungan grup lawak ini berbanding terbalik dengan kesuksesannya,
masalah internal dalam grup berakhir dengan keluarnya Unang dari formasi
Bagito. Dia kemudian melanjutkan karir sebagai pemain sinetron religi
dan stripping melalui peran-peran serius serta membintangi film layar
lebar. Walaupun Miing dan Didin tetap melanjutkan kiprah Bagito, namun
kepopuleran mereka akhirnya menurun dan menghilang sampai akhirnya kini
nama Bagito tak terdengar lagi. Dedi Gumelar terjun ke dunia politik dan
maju sebagai anggota DPR mewakili Banten dari fraksi PDI-P periode
2009-2014.
Teamlo atau Team-lo (singkatan
dari Tim Humor Solo) adalah grup band asal Solo yang menggabungkan
musik dan lawak. Nama ini adalah plesetan dari timlo, makanan khas kota
Solo. Personil dari band ini antara lain Wawan Bakwan (nama asli :
Hermawan Yulianto, vokal), Pangsit Anjasmara (Abdul Basyid,
vokal), Benjovi (Giarto, vokal), Bobby Messakh (Muh. Ardhi Wibowo,
gitar), Dondot Kembung (Eri Tribudiarto, bass) dan Avis Sukaesih (Ibnu
Sina, drum). Band ini dibentuk pada tahun 1997, dengan nama awal Suku
Apakah (pleseten dari Suku Apache) yang personelnya gabungan
mahasiswa Universitas Sebelas Maret dan Universitas Muhammadiyah Solo.
Berawal dari pentas di panggung-panggung kecil seperti sunatan, 17-an,
ulang tahun, dan lain-lain, mereka mulai tampil di televisi pada
tahun 2000. Nama mereka semakin melambung pada tahun 2003, saat mereka
menjadi bintang tamu di acara API di stasiun televisi TPI. Namun pada
2009, Ade, Kudil, Argo Jimmy bergabung dengan Teamlo untuk mengisi
kekosongan vokalis Teamlo setelah ditinggal Pangsit dan Benjo.
Tidak
banyak grup lawak yang bisa eksis bertahun-tahun dengan bermodalkan
materi tradisional, dan salah satu yang mampu bertahan adalah kelompok
lawak D’Bodors yang beranggotakan Raden Achmad Yusuf Wargapranata (Abah
Us Us) yang identik dengan peniti raksasa, Uyan Suryana (Yan Asmi) yang
selalu membawa gitar dan Kusye (Engkus) yang bertubuh kecil namun
lincah. Trio pelawak asal Sunda yang berulangkali mengisi layar TVRI ini
memang sudah lama tidak aktif lagi, namun peran mereka di dunia humor
tak akan pernah terlupakan.
Ketiganya
multitalenta, cerdas sekaligus menghibur namun tidak melupakan kultur
Sunda yang kental. Komedi-musik yang mereka usung tak pernah lekang oleh
jaman, ini dibuktikan dari penampilan-penampilan akhir mereka di tahun
2010 saat naik panggung di acara Zona Memori Metro TV. Walaupun sudah
dimakan usia, mereka masih tetap sanggup mengocok perut dengan banyolan
khas yang juga pernah mereka usung pada dekade 80an.
Berbekal
kesuksesan penampilan mereka, D’Bodors sempat melakukan lobi ke Metro
TV untuk pembuatan talkshow. Sayang tak lama setelah penampilan terakhir
di TV swasta tersebut, Yan Asmi meninggal dunia pada tanggal 29 Maret
2010 sekaligus membatalkan rancangan talkshow D’Bodor. Abah dan
Engkus-pun merubah susunan acara dan bersiap menyajikan kenangan Yan
Asmi di Zona Memori, namun belum sempat acara ini dijalankan, Abah Us
Us wafat menyusul rekannya 40 hari setelah meninggalnya Yan Asmi, pada
tanggal 8 Mei 2010.
Siapa
tidak kenal Jojon? Maskot Jayakarta Group ini masih eksis hingga saat
ini dan terus membintangi acara lawak ataupun sinetron. Jojon adalah
pelawak yang memang born-to-be-comedian.
Sebelum vakumnya Jayakarta, Jojon dikenal dengan gaya penampilan yang
khas, celana panjang kedodoran yang diangkat naik sampe perut, baju
warna-warni bermotif ceria, rambut poni dan kumis kotak ala Charlie
Chaplin.
Formasi
paling terkenal dari Jayakarta Group adalah Cahyono – pimpinan
Jayakarta yang biasa berperan sebagai pengumpan dan pembuka bahan
komedi. Jojon, sang maskot. Prapto yang kemudian lebih sering berperan
sebagai wanita bernama Esther dan yang terakhir Uuk yang sering kebagian
peran sebagai preman karena nada suaranya yang tinggi dan khas serta
wajah Arab-nya yang unik.
Sepeninggal
Uuk dan Esther yang wafat mendahului rekan-rekannya, kelompok ini
akhirnya surut. Jojon masih setia di lapak komedi sedangkan Cahyono
memilih jalur religi.
Grup
lawak ini lebih populer dengan nama grup ketoprak humor, karena memang
acara mereka yang berjudul ketoprak humor adalah salah satu acara humor
yang terkenal. Grup lawak beranggotakan Pak Bendot, Tessy, Timbul,
Tarsan, Eko, Nurbuat, Topan, Lesus, dan lain-lain ini adalah grup lawak
yang mempelopori panayangan acara ketoprak secara umum di televisi
swasta terkenal (saat itu RCTI). Gaya lawak mereka yang memadukan cerita
legenda dengan kejadian terkini memang sangat istimewa. Hingga kini
banyak sekali grup lawak yang meniru gaya lawak mereka (salah satunya
adalah OVJ).
dan bonus 1 grup lawak tersohor tahun 2012
Opera Van Java (disingkat OVJ) adalah acara komedi di stasiun televisi Indonesia, Trans 7. Ide acaranya adalah pertunjukkan wayang orang versi modern.
Di
OVJ, aktor dan aktris yang mengisi acara diberi aba-aba untuk
berimprovisasi tanpa menghafal naskah sebelumnya, dengan panduan
seorang dalang.
Para
"wayang" diperankan oleh beberapa pelawak, seperti Nunung, Azis
Gagap, Andre Taulany, dan Sule. Dalang diperankan Parto Patrio. Adapula
para pemain musik tradisional lengkap dengan alat musik khas Jawa dan
sinden yang menyanyikan lagu pop. Bintang tamu juga kerap ditampilkan
pada tiap episodenya.
Lakon-lakon
yang dimainkan biasanya tentang cerita rakyat Indonesia yang
dimodifikasi, cerita tentang karir seseorang yang terkenal, cerita
rekaan, cerita hantu, cerita dari negara lain, atau cerita dari hal-hal
yang sedang populer.
Keunikan
OVJ adalah lawakan dilakukan dengan improvisasi dan mengandalkan
panduan dalang, namun selalu berantakan karena para pelawak pasti
melenceng dari garis besar yang dibacakan dalang. Kalau sudah seperti
itu, sang dalang sendiri akan turun tangan dengan perasaan kesal karena
diabaikan. Ia akhirnya ikut naik ke panggung dan mengawasi cerita,
seringkali ikut campur atau bahkan malah dipermainkan.
0 komentar:
Posting Komentar